Jumat, 24 Januari 2014



Kimia Farmasi Analisis

PENGENALAN PERALATAN ANALITIK
Timbangan Analitik
Timbangan analitik merupakan peralatan dalam prosedur analisis yang digunakan untuk penentuan bobot suatu bahan.
Timbangan analitik berdasarkan ketelitiannya dibagi atas
1. Timbangan analitik, dengan ketelitian 0,1 mg
2. Timbangan semi mikro, dengan ketelitian 0,01 mg
3. Timbangan mikro, dengan ketelitian 0,001 mg
4. Timbangan ultra mikro, dengan ketelitian, 0,0001 mg

Istilah dan Definisi :
Bobot yang dapat diabaikan adalah ≤ 0,5 mg

Bobot tetap adalah Bobot dengan beda penimbangan berturut t.l.d. 0,5 mg / g sisa yang ditimbang setelah zat dikeringkan / dipijarkan lagi 1 jam.
Timbang Lebih kurang artinya toleransi ± 10%
Timbang saksama artinya toleransi ± 0,1%

===========================================
Contoh 1:

Hasil penimbangan dengan timbangan analitik: 0,0102 g artinya 10,2 mg yang diperoleh dari penimbangan dengan timbangan dengan ketelitian 0,1 mg.
Hasil penimbangan dengan timbangan semimikro: 0,01021 g artinya 10,21 mg yang diperoleh dari penimbangan dengan timbangan dengan ketelitian 0,01 mg.
============================================
Contoh 2:
Timbang seksama 10 mg, maka boleh mempunyai selisih + 0,1% x 10 mg = 0,01 mg. artinya timbangan yang digunakan minimal adalah timbangan semimikro dengan ketelitian 0,01 mg.

============================================
Contoh 3:
Timbang lebih kurang 10 mg, maka boleh mempunyai selisih + 10% x 10 mg = 1 mg, maka cukup menggunakan timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.

=============================================
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan timbangan adalah:
1. Jangan membebani timbangan di atas kapasitasnya. Misal timbangan dengan kapasitas maksimum 80 g, jangan dibebani melebihi kapasitasnya tersebut.
2. Sebelum digunakan timbangan analitik elektronik, sebaiknya dihidupkan untuk memanaskan perangkatnya minimal 15 menit.
3. Bahan yang akan ditimbang sebaiknya disesuaikan suhunya dengan lingkungan timbangan. Missal bahan dari mesin pendingin atau dari oven harus disesuaikan suhunya sampai suhu ruang timbang.
4. Timbangan diletakkan dalam ruangan bermeja anti getar dan rata serta mempunyai suhu dan kelembaban stabil.
5. Secara periodik timbangan harus dikalibrasi. Timbangan dikalibrasi dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan dan keakuratan alat. Timbangan yang tidak dikalibrasi dapat mengakibatkan hasil pengukuran bias sehingga mengakibatkan terjadi kesalahan sistemik pada pengujian.

Pipet dan Buret
Pipet dan buret merupakan alat ukur volume.
Pipet volume atau pipet gondok dan buret merupakan alat ukur dengan ketelitian 0,1%.

Ukur saksama: 25,0 mL atau pipet 25 mL ± 0,1% (pipet volumetrik / buret)
=========================
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan pipet dan buret:
1. Pipet/ buret yang akan dugunakan harus dalam keadaan bersih. Pipet/buret yang kotor terutama lemak dapat megakibatkan cairan menempel pada dinding pipet atau buret.
2. Jangan menyimpan buret / pipet pada lemari pendingin atau oven karena dapat merusak volumetrik alat.
3. Pipet merupakan alat yang perlu dikalibrasi.
4. Hindari gelembung udara dalam cairan, ketika menggunakan pipet atau buret.
5. Pipet dikalibrasi dengan tidak memperhitungkan sisa diujung pipet. Jadi ujung pipet tidak perlu ditiup ketika menggunakannya.

VALIDASI METODE ANALISIS
Dalam memvalidasi metode analisis hal yang penting diperhatikan adalah ketersediaan baku pembanding yang memenuhi kriteria yang dimaksudkan
Baku Pembanding
Baku pembanding (reference material) adalah suatu bahan dengan kemurnian tertentu yang digunakan sebagai pembanding untuk mendapatkan kadar suatu analit sampel.

Baku pembanding berdasarkan pembuatnya
a. Baku pembanding yang dibuat sebagai penyerta monografi pada Farmakope, misalnya USP, FI, dll. Baku pembanding ini mempunyai kemurnian tinggi, tanpa matriks tertentu, dan dalam keadaan tunggal.
b. Working standard atau baku kerja: m erupakan baku pembanding yang ditetapkan berdasarkan baku pembanding utama. Contoh baku pembanding Indonesia ditetapkan berdasarkan baku pembanding Eropa.
c. Baku pembanding dengan komposisi matriks tertentu: misalnya CRM (certified Reference Material atau SRM (standard Reference Material), bahan ini dibuat oleh badan yang diberi tugas khusus yaitu NIST. Baku pembanding ini dibuat dengan matriks seperti keadaan sampel pada umumnya, misalnya kecap yang mengandung natrium benzoat 1% dan kalium sorbat 1%. Manfaat baku pembanding ini adalah untuk menguji akurasi (kecermatan) metode. Metode hasil pengembangan dicobakan pada baku ini, hasil yang diperoleh dikurangai hasil yang tertera disertifikat merupakan ukuran bias metode

Optimasi Metode Analisis
Dalam melakukan validasi metode, metode baru sudah harus dilakukan optimasi. Optimasi dilakukan untuk mencari tingkat-tingkat keadaan tertentu yang menghasilkan kinerja metode dengan presisi dan akurasi, serta sensitifitas paling baik.

Apa akibatnya jika metode analisis tidak dioptimasi?
Metode analisis pengujian analit dalam tablet, digunakan untuk kapsul
Metode dengan sensitifitas rendah digunakan untuk pengujian sesepora
Metode mempunyai kesalahan acak yang tinggi
Metode mempunyai bias / kesalahan sistemik
Spesifisitas: penetapan kadar secara titrasi, apakah ada analit lain yang ikut tertitrasi?

Validasi metode adalah
Konfirmasi melalui pengujian dan pengadaan bukti yang obyektif bahwa persyaratan tertentu untuk suatu maksud khusus telah dipenuhi (SNI 19-17025-2000).

Kegiatan yang membuktikan bahwa suatu prosedur, proses, peralatan, bahan, aktifitas atau sistem menunjukkan fungsi yang sesuai dan konsisten, yang mencapai hasil seragam dengan yang diharapkan serta memenuhi persyaratan spesifikasi dan kualitas.
Pustaka yang mendukung Validasi Metode Analisis
1. ICH Q2A
Text on validation of analytical procedures: Definitions and
terminology (March 1995)
2. ICH Q2B
Validation of analytical procedures: Methodology (June 1997)
3. FDA
(Draft) Guidance for Industry: Analytical procedures and methods
validation
4. Pharmacopoeias
USP and European Pharmacopoeia

Tujuan Hasil Analisis
Valid/absah
Dapat dipercaya
Dapat dipertanggungjawabkankan secara ilmiah
Menunjukkan kesesuaian dengan tujuan pengujian
Diakui di seluruh dunia
Hasil akurat
Memenuhi azas legalitas

METODE ANALISIS
Metode standar/baku : SNI, ISO
Metode Resmi : FI, USP,BP (tidak perlu divalidasi, tetapi dilakukan verifikasi)
Metode Pustaka : Jurnal, buku pustaka
Metode yang dikembangkan oleh laboratorium

METODE YANG DIVALIDASI :
Metode baku yang dimodifikasi
Metode tidak baku
Metode baku di luar lingkup yang dimaksud/pada matriks atau bentuk sediaan berbeda

Metode : FI, USP,BP perlu validasi
Data validasi yang berlaku untuk laboratorium, diperlukan sebagai bukti bahwa metode itu telah sesuai dan memenuhi kebutuhan lab.
Adanya perbedaan dalam personel, alat, instrumen, pereaksi yang dipakai dalam metode baku dengan lab yang akan menggunakannya.

PARAMETER VALIDASI
Akurasi (Ketepatan/kecermatan)
Presisi (Ketelitian)
Linearitas
Spesifisitas/Selektifitas
Sensitifitas/Batas Deteksi (LOD dan LOQ)
Range (Rentang)
Ruggedness (Kekasaran)
Robustness(Ketahanan)
Uji Kesesuaian Sistem

AKURASI
Ukuran kedekatan hasil uji terhadap nilai sebenarnya
Metode Penetapan :
Recovery analit : terhadap spiked sample dengan analit pada rentang konsentrasi yang sesuai, untuk sample yang tidak diketahui komposisinya
Metode Standar adisi : terhadap sampel produk yang ditambahkan baku pembanding pada rentang konsentrasi yang sesuai, untuk sampel yang tidak diketahui komposisinya
Perbandingan hasil pengujian MA yang divalidasi terhadap hasil pengujian MA yang absah/valid
Akurasi dinyatakan dalam % RECOVERY

Cara Penetapan Akurasi
Recovery Analit dan Metode Standar Adisi :
Minimum 9 penetapan, terdiri dari minimum 3 konsentrasi analit/baku pembanding yang ditambahkan dalam rentang 80%-120%, masing-masing 3 replikasi dan setiap rentang penetapan mengandung 70% analit contoh dan 30% baku pembanding.
v% Recovery(R) = ((A – B)/X) . 100%

A = Jumlah zat aktif total dalam mg
B = Jumlah zat aktif yang didapat
X = Jumlah Bahan Baku yang ditambahkan

PRESISI/KETELITIAN
lKedekatan hasil uji yang diperoleh dari beberapa pengulangan (replikasi) pada penetapan contoh yang sama (homogen)
lCara Penetapan :
1.Presisi Sistem : Penyuntikan berulang minimum 6 kali dari larutan sampel homogen, untuk menunjukkan kinerja alat pada kondisi dan hari pengujian.
2.Presisi Metode :
•Dilakukan minimum 9 penetapan terdiri dari 3 konsentrasi analit dalam rentang tertentu, masing-masing 3 replikasi
•Minimum 6 penetapan pada konsentrasi pengujian 100 %
Presisi dinyatakan dengan RSD
Nilai RSD RSD maks 1,0 % (Bahan Baku Obat)
RSD maks 2,0 % (Sediaan Obat)
RSD maks 5,0 % (cemaran/impurity)

Tingkatan Presisi
Presisi Metode (Repeatabilitas) : pengujian ulang pada kondisi yang sama
Presisi antara : variasi dalam laboratorium yang sama, hari/analis berbeda
Reprodusibilitas : pengujian ulang dengan menggunakan contoh dan metode sama, tetapi laboratorium, alat, analis, waktu pengujiannya berbeda

LINEARITAS
Adalah kemampuan MA menunjukkan respon/hasil uji secara langsung atau matematis, berbanding lurus terhadap konsentrasi analit dalam sampel pada rentang tertentu

Cara Penetapan :
Ditetapkan terhadap minimum 6 konsentrasi pada rentang 50%-150% dari kadar analit
Dihitung regresi linier dengan persamaan Y = a + bx
a = intersep
b = slope/kemiringan
Linearitas dinyatakan dengan koefisien korelasi (r).

SPESIFISITAS/SELEKTIFITAS
lSpesifisitas Adalah kemampuan MA mengukur secara akurat dan spesifik suatu analit dengan adanya komponen lain dalam matrik sampel
Selektifitas adalah kemampuan MA memberikan signal analit pada campuran analit dalam sampel tanpa adanya interaksi antar analit.

Cara Penetapan spesifisitas
Cemaran/impurity tersedia : Dibandingkan hasil analisis sampel yang mengandung cemaran/hasil degradasi sampel dengan sampel tanpa cemaran
Cemaran/impurity tidak tersedia : dianalisis kemurnian sampel misalnya secara kromatografi. Uji kemurnian puncak menunjukkan puncak analit yang tidak diakibatkan oleh lebih dari 1 komponen.

SENSITIFITAS
1.Batas Deteksi (LoD= Limit of Detection) kadar terendah analit dalam contoh yang masih terdeteksi.
2.Batas Kuantitasi (LoQ = Limit of Quantitation)
Kadar terendah analit dalam contoh yang masih dapat ditetapkan secara kuantitatif dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima

Cara Penetapan Sensitifitas
a. Prosedur noninstrumental
Analisis sampel dengan konsentrasi yang diketahui melalui evaluasi visual
b. Prosedur dengan instrumental
Ratio signal to noise
LOD = 3 x noise
LOQ = 10 x noise
c. Berdasarkan simpangan baku respon analit dengan slope kurva kalibrasi

Range (rentang)
Interval antara konsentrasi tertinggi dan terendah analit dalam sampel yang mempunyai akurasi, presisi dan linearitas yang dapat diterima.
Ditetapkan bersamaan dengan penetapan linearitas

RUGGEDNESS
Adalah derajat reproduksibilitas hasil uji yang diperoleh dari sampel yang sama dalam berbagai kondisi pengujian yang berbeda (lab, analis, alat,lot pereaksi, hari, waktu dan suhu berbeda
Pengaruh eksternal terhadap metode
Cara penetapan : uji kolaborasi antar lab.

ROBUSTNESS
Adalah kemampuan metode analisis untuk tidak terpengaruh oleh perubahan/variasi kecil dari parameter MA yang sengaja dibuat.
Untuk mengetahui pengaruh faktor internal (dilakukan sedikit perubahan pada metode misalnya kec. Laju alir kolom, komposisi fase gerak, suhu kolom)

Uji Kesesuai system
UKS merupakan bagian dari metode analisis.
Uji didasarkan pada Konsep bahwa peralatan, alat elektronik, cara kerja analisis secara mandiri dapat ditetapkan.
Ditetapkan tergantung dari Metode analisis.

11 komentar: